Langsung ke konten utama

Hitam

Hitam lalu, ,
Ia, misteri . .
Menafikan tebakan benar,
Lalu menertawakannya di ruang gelap,
Dan akhirnya, ,
Tersenyum sinis, seperti hantu,
Di balik lipatan pintu . .

Ia, pemisah diri,
Pencinta darah merah . .
Menyapunya dengan lembut dan memercik,
Setelah melukai diri dan membantai yang lain . .

Tawanya tak pernah bersuara,
Cuma cekikan kecil, di suasana sunyi, ,
Meredam kucir, untuk membelai belati, ,
Menoreh ubun-ubun,
Lalu puas, ,

Dan, ,

Hitam baru datang, ,
Ia, alas dasar redup, ,
Penyembunyi kepahitan, ,

Jika ia cahaya, maka itu adalah kelam, ,
Mata takkan bisa menangkap bias terang,
Karena ia hanya patut untuk dirasakan . .

Ia, penenang bertuah,
Atas kontraksi sangkaan hancur,
Dan pikiran pemberontak, ,

Sifatnya dalam dan dingin,
Tak berbatas, bahkan semakin dalam,
Perekah yang menciut,
Penenang kebimbangan, ,

Ia, juga pembalik,
Menjadi jalan yang membawa cinta,
Kepada angin,
Awan kapas,
Hujan, ,
Serta pertengahan malam . .

Kita selalu berjumpa,
Setiap kali mata menutup , ,
Terkadang juga engkau mengingatkan saat malam,
Bahwa aku akan selalu melihatmu, . .
Dengan mata yang tidak terbuka lagi,

Saat itu aku takut,
Karena engkau menampakkan kepadaku,
Warna hitam lalu,

"Allah, ampunkan si hina , ,"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis dan Bercerita

Pada dasarnya menulis adalah bercerita. Tidak jauh berbeda dengan berbicara. Hanya saja, diksi-diksi yang dikeluarkan itu tidak verbal. Tidak berkontak langsung dengan si pendengar. Karena itu ada kesemuan interaksi di dalam tulisan karena bercerita dengan cara menulis. Namun, karena menulis, suatu cerita jadi abadi. Selagi tulisan itu masih ada, masih bisa dibaca. Bercerita dengan menulis itu sebenarnya tidak buruk. ada orang-orang yang terbata-bata lidahnya ketika mengucap, lantas ia tutupi keterbataannya itu dengan menulis. Sehingga isi atau point yang ingin disampaikannya itu bisa digambarkan dengan jelas. Menulis itu tetap penting, bahkan dalam pengertian islam. Karena al-Qur’an bisa saja lenyap dari dunia ini, bila tidak ditulis. Hadits-hadits yang jumlahnya jutaan, selain dihafal juga ditulis oleh ulama-ulama. Mereka memahami, bahwa hafalan-hafalan yang berada di dalam fikirannya tentu harus diabadikan dalam bentuk tulisan, sehingga bisa digunakan bagi masyarakat awam...

10 Argumen Mengapa Jin Masuk Surga Layaknya Manusia

Berpijak dari nash al-Qur’an yang ramai diketahui oleh segenap muslim mengenai eksistensi manusia dan jin sebagai hamba yang wajib tunduk dan patuh, menyembah Allah swt. Oleh karena itu, sebagaimana manusia, jin juga mendapat perintah dari Allah swt. mereka juga tercakup dalam syariat para nabi dan kejahatan mereka pula layak mendapat hukuman. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. diutus kepada mereka sebagaimana diutus kepada manusia. Semua itu tidak diperselisihkan oleh ulama. Namun, perbedaan pendapat muncul dari pertanyaan, apakah jin akan masuk surga?. Mayoritas ulama berpendapat bahwa jin akan masuk surga atau pun neraka. Ada juga yang menyatakan bahwa pahala jin yang muslim hanyalah sebagai alat untuk menjauhkannya kepada neraka dan tidak akan masuk surga. Hal ini dikarenakan bahwa surga hanya diperuntukkan untuk Adam a.s. ini adalah pendapat imam abu hanifa rahimahullah wajhah. Para ulama yang menyatakan bahwa jin muslim akan masuk surga berpijak dari 10 argumen y...

Kisah Orang Terakhir yang Masuk Surga

Dari Hadist Shahih Muslim, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda tentang kisah ini. Rasulullah saw bersabda: Orang yang terakhir masuk surga adalah seseorang yang berjalan di atas shirat al-mustaqim sekali, sedang ia berada di atas jahannam (neraka). dia akan jatuh sekali, dan dia akan terbakar oleh neraka sekali. Kemudian, ia berhasil menyeberang dan diselamatkan dari jurang neraka, ia berkata, “Terpujilah Dia yang telah menyelamatkanku darimu (neraka). Allah Swt. telah memberiku sesuatu yang tak pernah diberikan kepada orang lain selain aku.” Jadi ia menganggap bahwa dirinya sebagai orang yang paling beruntung. Setelah ia melewati shirat al-mustaqim, Allah Swt. menumbuhkan sebuah pohon untuknya. Jadi, ia memohon kepada Allah Swt. agar mendekatkannya kepada pohon tersebut, sehingga ia bisa berada dalam naungannya, ia bisa minum dengan airnya. Lalu, Allah menempatkannya di bawah pohon tersebut. Kemudian, Allah Swt. menumbuhkan po...