Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September 28, 2018

Jeumeurang ("Yang Dilepas")

Gurat-gurat senyum, tergambar di wajah mereka Tidak sebenarnya, hanya tampias saja Sesuatu merundung Apatah! Melambai-melambai, ramai telapak tangan itu Berikut jari-jemarinya yang menjunjung Melepas kepergian “Selamat tinggal, ku lepas engkau dibawa angin dermaga” Sahut-sahut mereka begitu Hatinya pilu Bunyi mesin kapal menderu Seperti ikut dirundung Karena sebab ia Reruntuhan airmata ayah dan ibu bertebaran Para sanak saudara pula Dihempas pecah disibak pantai Nun jauh ke seberang daratan “Yang dilepas” akan mematuk rezeki Di tanah sendiri memang padi menguning Tapi mulut mereka dikunci Dilarang menyuap nasi ke mulut sendiri Di daratan ini Pendidikannya hanya mengaji Kitab-kitab bahkan sudah lusuh Tak terhitung berapa kali lembar-lembar itu dibolak-balik Tetapi dia pikir “Pendidikanku tak cukup hanya mengaji” Sebab di televisi, punya kedai kopi Sebuah pesawat antariksa dilepas ke ruang angkasa Robot-robot berg...

Dipagar Adat

Pernah ku bermain-main denganmu Berkejar-kejar di ruang halaman Pernah ku genggam tanganmu yang halus Sewaktu kita menyeberang titian Betapa bahagia rasa hatiku Bila teringat masa yang lalu Lalu terdengar ibumu memanggil dan menghimbau Kau kembali pulang Tapi, setelah dewasa Lain pula sikapnya Tiada boleh berjumpa Dipagar adat kita Bilakah gerangan masanya nanti Dapat kita berjumpa kembali Esok kah, setahun lagi Entah kan begini, selama-lamanya Sebuah nandung melayu mendayu di atas mimbar, Al-mukarram KH. Teungku Zulkarnain. Menit 10.27.