Ketika ada bentuk asap yang keluar dari kulit,
Berpencar dengan cepat dan menuju ke segala penjuru,
Pupilku menjadi kacau, tidak beraturan,
Juga telapak tanganku yang tak mau menggenggam,
Padahal syaraf telah menegang, berusaha,
. . .
Aku berjalan di dalam layar klasik,
Melihat beberapa warna dalam sekilas, saat aku menoleh
cepat,
Hijau, biru, ungu, merah jambu,
Seperti bercak-bercak , aku sudah tidak ingat,
Dan ketika aku memperhatikannya sekali lagi,
Ia menjadi klasik kembali,
Aku berputar di tempat, sambil melihat langit,
Setiap kali berhenti, aku melihat warnanya,
Aku tersenyum,
Namun tidak lama kemudian,
Ia menjadi klasik kembali,
Dan aku berputar lagi, lalu berhenti.
Merasa pusing dan terjatuh dengan mata tertutup,
Membuka mata,
Dan semuanya menjadi hitam,
,
Aku berjalan, dan hanya menangkap gambar yang berantakan,
Lalu duduk di bawah sesuatu yang kuanggap pohon,
Aku menangis,
Dan mengatakan,
My dear, ,
Bagaimana jika mataku buta?
Sehingga tak bisa melihat warna-warna yang aku suka,
,
Lalu, dunia menjadi terang kembali,
Kakiku dingin,
Karena berjalan di atas rumput yang basah,
Sambil kegirangan,
Melihat warna langit tanpa harus berpusing, ,
. . .
Aku melihatmu, bersama mereka,
Lalu berlari, namun tak kunjung sampai,
Tanahnya bergerak ke belakang,
Sedangkan engkau tetap di sana,
Sedang tertawa, ,
. .
Lalu, tidak sengaja aku memegang batu putih,
Dan tanahnya bergerak terbalik,
aku dibawa ke depan,
menangis dan bahagia,
Semakin dekat ke arahmu, lalu ia berhenti.
“my dear , , , “
Memanggil namamu,
Tapi kamu tidak mendengarnya, padahal aku sangat dekat,
Aku memutar, menampakkan kepadamu, aku “di sini”
“my dear . . “
Aku memanggil lagi,
Kamu tidak peduli,
Lantas ku panggil nama sahabatmu satu persatu,
Sambil menggaruk kepala,
Sama sepertimu,
Tidak peduli,
. . .
Tanganku panas,
Batu putih itu menghitam,
Terbakar dan menjadi abu, di tanganku . .
Lalu,
Kamu terkejut memanggil namaku,
Salah satu temanmu mengatakan,
“jangan sebut namanya, nanti ia tersedak”
Dan kamu membalas,
“hanya teringat dia”
. .
Aku heran,
Dan berdiri tepat di depanmu,
Melihat matamu dengan jelas,
Jelas, tidak pernah sedekat ini,
. . .
Lalu, ada cahaya seperti menghantam,
Aku terpental,
Lalu tiba di alam nyata,
Dan aku langsung melafazkan, ,
“my dear, bagaimana jika mata ku buta,?”
Komentar
Posting Komentar