Langsung ke konten utama

Kisah Orang Terakhir yang Masuk Surga


Dari Hadist Shahih Muslim, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda tentang kisah ini. Rasulullah saw bersabda:
Orang yang terakhir masuk surga adalah seseorang yang berjalan di atas shirat al-mustaqim sekali, sedang ia berada di atas jahannam (neraka). dia akan jatuh sekali, dan dia akan terbakar oleh neraka sekali.
Kemudian, ia berhasil menyeberang dan diselamatkan dari jurang neraka, ia berkata, “Terpujilah Dia yang telah menyelamatkanku darimu (neraka). Allah Swt. telah memberiku sesuatu yang tak pernah diberikan kepada orang lain selain aku.” Jadi ia menganggap bahwa dirinya sebagai orang yang paling beruntung.
Setelah ia melewati shirat al-mustaqim, Allah Swt. menumbuhkan sebuah pohon untuknya. Jadi, ia memohon kepada Allah Swt. agar mendekatkannya kepada pohon tersebut, sehingga ia bisa berada dalam naungannya, ia bisa minum dengan airnya. Lalu, Allah menempatkannya di bawah pohon tersebut.
Kemudian, Allah Swt. menumbuhkan pohon lainnya yang lebih baik dari pada pohon yang pertama. Lantas dia berdoa kepada Allah, “Bawalah aku lebih dekat kepada pohon ini, jadi aku dapat bernaung, dan meminum airnya.”
Sebelumnya, ia berkata kepada Allah bahwa ia tidak akan meminta apa-apa lagi, namun, ia tetap tidak bisa menahan keinginannya. Kemudian dia didekatkan oleh Allah kepada pohon ini, dan Allah berfirman kepadanya, “Wahai anak Adam, jika aku memberimu hal ini, apakah kau akan meminta kepada-Ku akan hal-hal yang lainnya?”
Dia berkata, “Aku tidak akan meminta apa-apa lagi.” Jadi, ia mendekati pohon ini, dan Allah pun mengizinkannya karena Allah tahu ia tidak bisa menahan keinginannya. Dan kemudian, Allah menumbuhkan pohon lainnya. Kemudian ia berdoa kembali, “Ya Allah, tolong dekatkan aku kepada pohon ini, sehingga aku dapat bernaung dan minum air darinya.” Allah berfirman kepadanya, “Bukankah kau sudah berjanji tidak akan meminta apa-apa lagi?” Allah mengizinkannya dan menempatkannya di bawah pohon ini.
Kemudian, ia mendengar penduduk jannah, sehingga ia berdoa, “Ya, Allah dekatkan aku ke gerbang syurga.” Allah mengizinkannya dan ia berjanji kepada Allah bahwa dia tidak akan meminta apa-apa lagi. Jadi, ia ditempatkan di gerbang jannah.
Dan ketika dia di depan gerbang syurga, dia bisa mendengar penduduknya bersuka cita, bersenang-senang dan dia pun berdoa, “Ya Allah, masukkan aku ke dalam jannah. Aku ingin masuk ke dalamnya.”
Allah berfirman kepadanya, “Wahai anak Adam, apa yang akan menghentikan permintaanmu dari-Ku? Apakah kau akan puas jika Aku memberikanmu seluruh dunia, dan yang serupa dengannya?”
Dia berkata kepada Allah, “Ya Allah, apakah Engkau memperolok-olok aku, karena Engkau adalah Tuhan dari seluruh alam semesta?”
Pada saat ini, Ibn Mas’ud r.a, periwayat hadits ini, mulai tertawa. Ia menceritakan kisah ini kepada sahabat, dan berkata, “Apakah kau tidak bertanya kepadaku kenapa aku tertawa?”
Mereka bertanya, “Kenapa kau tertawa?”
Ia berkata, “aku tertawa karena Rasulullah saw juga tertawa.”
Ibnu Mas’ud menceritakannya dengan cara yang sama seperti ketika Rasulullah saw menceritakannya.  Dan kemudian, para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw sendiri, “Kenapa engkau tertawa Ya Rasulullah?”
Rasulullah bersabda, “Aku tertawa karena Allah juga tertawa kepada pria itu (yang masuk surga terakhir).”
Dan Allah berfirman kepadanya, “Aku tidak memperolok-olokmu, tapi aku punya kekuatan untuk melakukan apapun yang aku inginkan.”
Pria ini akan masuk surga. Dan ketika ia masuk surga, dia menemukan dan memasuki rumahnya di jannah, dua orang istrinya dari kalangan Hura’in (bidadari) akan datang dan berkata kepadanya, “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkanmu untuk kami dan menghidupkan kami untukmu.”
Kemudian orang itu berkata, “tidak seorang pun  yang telah diberikan seperti yang telah diberikan kepadaku.”

Inilah orang terakhir yang masuk surga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis dan Bercerita

Pada dasarnya menulis adalah bercerita. Tidak jauh berbeda dengan berbicara. Hanya saja, diksi-diksi yang dikeluarkan itu tidak verbal. Tidak berkontak langsung dengan si pendengar. Karena itu ada kesemuan interaksi di dalam tulisan karena bercerita dengan cara menulis. Namun, karena menulis, suatu cerita jadi abadi. Selagi tulisan itu masih ada, masih bisa dibaca. Bercerita dengan menulis itu sebenarnya tidak buruk. ada orang-orang yang terbata-bata lidahnya ketika mengucap, lantas ia tutupi keterbataannya itu dengan menulis. Sehingga isi atau point yang ingin disampaikannya itu bisa digambarkan dengan jelas. Menulis itu tetap penting, bahkan dalam pengertian islam. Karena al-Qur’an bisa saja lenyap dari dunia ini, bila tidak ditulis. Hadits-hadits yang jumlahnya jutaan, selain dihafal juga ditulis oleh ulama-ulama. Mereka memahami, bahwa hafalan-hafalan yang berada di dalam fikirannya tentu harus diabadikan dalam bentuk tulisan, sehingga bisa digunakan bagi masyarakat awam...

10 Argumen Mengapa Jin Masuk Surga Layaknya Manusia

Berpijak dari nash al-Qur’an yang ramai diketahui oleh segenap muslim mengenai eksistensi manusia dan jin sebagai hamba yang wajib tunduk dan patuh, menyembah Allah swt. Oleh karena itu, sebagaimana manusia, jin juga mendapat perintah dari Allah swt. mereka juga tercakup dalam syariat para nabi dan kejahatan mereka pula layak mendapat hukuman. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. diutus kepada mereka sebagaimana diutus kepada manusia. Semua itu tidak diperselisihkan oleh ulama. Namun, perbedaan pendapat muncul dari pertanyaan, apakah jin akan masuk surga?. Mayoritas ulama berpendapat bahwa jin akan masuk surga atau pun neraka. Ada juga yang menyatakan bahwa pahala jin yang muslim hanyalah sebagai alat untuk menjauhkannya kepada neraka dan tidak akan masuk surga. Hal ini dikarenakan bahwa surga hanya diperuntukkan untuk Adam a.s. ini adalah pendapat imam abu hanifa rahimahullah wajhah. Para ulama yang menyatakan bahwa jin muslim akan masuk surga berpijak dari 10 argumen y...