Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Hitam

Hitam lalu, , Ia, misteri . . Menafikan tebakan benar, Lalu menertawakannya di ruang gelap, Dan akhirnya, , Tersenyum sinis, seperti hantu, Di balik lipatan pintu . . Ia, pemisah diri, Pencinta darah merah . . Menyapunya dengan lembut dan memercik, Setelah melukai diri dan membantai yang lain . . Tawanya tak pernah bersuara, Cuma cekikan kecil, di suasana sunyi, , Meredam kucir, untuk membelai belati, , Menoreh ubun-ubun, Lalu puas, , Dan, , Hitam baru datang, , Ia, alas dasar redup, , Penyembunyi kepahitan, , Jika ia cahaya, maka itu adalah kelam, , Mata takkan bisa menangkap bias terang, Karena ia hanya patut untuk dirasakan . . Ia, penenang bertuah, Atas kontraksi sangkaan hancur, Dan pikiran pemberontak, , Sifatnya dalam dan dingin, Tak berbatas, bahkan semakin dalam, Perekah yang menciut, Penenang kebimbangan, , Ia, juga pembalik, Menjadi jalan yang membawa cinta, Kepada angin, Awan kapas, Hujan,...

Berbeda Untuk Bersama

Cinta, meniadakan dan mengadakanmu . .  Dengannya kamu akan berharap. . Betapa indahnya bila kita mampu memilikinya . . Segala perbedaan akan menjadi jalan keindahannya, , Bahkan, Sekalipun perasaan tulusmu tak diterima, , Itu akan menyedihkan untuk beberapa saat, Namun kemudian, Keindahan hikmahnya akan menghiasi jalan ceritamu , , Bermimpilah, Meski itu tidak mungkin, Karena kekuasaan bukan terletak di tanganmu, Melainkan Dia yang Maha segalanya . .

Senyum

Bermimpi dan berimajinasi, lalu terperangkap di ruang abstrak yang kontras, , di dalamnya, ada seribu warna-warni yang tidak bisa dilukiskan, , pudar menerang, , kupu-kupu yang terbang lemah, lalu hinggap di ujung bangku yang melengkung 2 lilitan, , lalu serbuk ilalang menjadi kunang-kunang, cerah mengabut, , tunas rumputnya menyala, lalu hujan turun . . titik air menjadi kaca, membola . . ada merpati putih, berekor kipas, tepi sayapnya bercorak emas. . lalu, sayapnya mengepak, dan angin menguat, , menerbangkan spora putih, teracak, , lalu mereka membentuk sebatang tubuh, , tepat, di depanku . . aku yang duduk dibangku kupu2, menengadah bingung. . karena ia yang berdiri lembut di paras angin, tersenyum, , "