Langsung ke konten utama

10 Argumen Mengapa Jin Masuk Surga Layaknya Manusia


Berpijak dari nash al-Qur’an yang ramai diketahui oleh segenap muslim mengenai eksistensi manusia dan jin sebagai hamba yang wajib tunduk dan patuh, menyembah Allah swt. Oleh karena itu, sebagaimana manusia, jin juga mendapat perintah dari Allah swt. mereka juga tercakup dalam syariat para nabi dan kejahatan mereka pula layak mendapat hukuman. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. diutus kepada mereka sebagaimana diutus kepada manusia. Semua itu tidak diperselisihkan oleh ulama.
Namun, perbedaan pendapat muncul dari pertanyaan, apakah jin akan masuk surga?. Mayoritas ulama berpendapat bahwa jin akan masuk surga atau pun neraka. Ada juga yang menyatakan bahwa pahala jin yang muslim hanyalah sebagai alat untuk menjauhkannya kepada neraka dan tidak akan masuk surga. Hal ini dikarenakan bahwa surga hanya diperuntukkan untuk Adam a.s. ini adalah pendapat imam abu hanifa rahimahullah wajhah.
Para ulama yang menyatakan bahwa jin muslim akan masuk surga berpijak dari 10 argumen yang dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, dalam Surah Thaha ayat 123, “Dan apabila petunjukkan datang kepadamu.” Ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang diturunkan Allah Swt dari surga dengan firman-Nya, “Turunlah dari surga itu kamu berdua, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain.” Ibnu Qayyim berkata bahwa kedua hal di atas ditujukan kepada bapak jin dan bapak manusia.
Kedua, Firman Allah Swt,
Dan ingatlah ketika kami hadapkan segerombolan jin kepadamu yang mendengarkan al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya lalu mereka berkata, “diamlah kamu untuk mendengarkannya”, ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kaumnya untuk memberi peringatan, mereka berkata, “hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah seruan orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.” (Q.S. al-Ahqaaf: 29-31)
Ayat tersebut menerangkan kepada kita bahwa barang siapa yang memenuhi seruan utusan-Nya, maka akan diampuni dan dibebaskan dari neraka. Seandainya ampunan bagi mereka hanya berupa pembebasan azab, maka cukup dengan firman-Nya, “Dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.”
Ketiga, Firman Allah Swt tentang bidadari di surga
Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (Q.S. al-Rahman: 56).
Ayat ini menunjukkan bahwa jin dan manusia yang beriman akan masuk syurga dan bahwa bidadari di dalamnya belum pernah di sentuh oleh mereka. maka, ini menunjukkan bahwa jin yang beriman dapat menyentuh bidadari setelah mereka masuk syurga, sebagaimana manusia. Seandainya mereka tidak masuk surga, tentulah tidak pantas mereka menerima berita ini.
Keempat, Firman Allah Swt.
"Maka jika kami tidak dapat membuatnya, pasti kamu tidak akan dapat membuatnya. Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan, 'Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. 'Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya." (Q.S. al-Baqarah: 24-25)
Di antara jin, ada yang mukmin dan ada juga yang kafir, sebagaimana dikatakan oleh jin-jin shaleh di antara mereka,
“Dan sesungguhnya dari kami, ada orang-orang yang taat dan ada pula orang-orang yang menyimpang dari kebenaran.” (al-Jinn: 14)
Maka golongan jin yang kafir masuk ke dalam ayat kedua (Al-Jinn: 14) dan golongan jin yang mukmin harus masuk pada ayat yang pertama (al-Baqarah: 25)
Kelima, Firman Allah Swt tentang jin yang saleh,
“Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus,” (Q.S. al-Jinn: 14)
Maksud al-Rusydi pada ayat tersebut adalah petunjuk dan kemenangan, yaitu petunjuk dari al-Qur’an. Maka barang siapa tidak masuk syurga, ia tidak memperoleh tujuan dari petunjuk tersebut, melainkan petunjuk tersebut sekedar dalam pengetahuannya saja.
Keenam, Firman Allah Swt,
"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah diberikannya kepada siapa yang dikehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (al-Hadiid: 21)
Golongan jin yang mukmin adalah orang yang beriman kepada Allah swt dan pada rasul-Nya. Oleh karena itu, mereka termasuk orang-orang yang memperoleh berita gembira dan berhak menerimanya.
Ketujuh, Firman Allah Swt,
“Allah menyuruh manusia ke darussalam (syurga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Q.S. Yunus: 25)
Dalam ayat ini, Allah menjadikan seruan-Nya bersifat umum, dan menjadikan hidayah-Nya    bersifat khusus. Maka, barang siapa mendapat hidayah-Nya, dia termasuk yang diseru kepada petunjuk-Nya tersebut. Jadi jin yang mendapatkan hidayah-Nya, adalah termasuk yang diseru dalam hidayah tersebut.
Kedelapan, Firman Allah Swt,
"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dan golongan kamu sendiri yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan-Ku hari ini? Mereka berkata, 'Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.' Kehidupan dunia telah menipu mereka dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. Yang demikian itu adalah karena Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah. Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat seimbang dengan apa yang dikerjakannya. Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." 
Penjelasan ayat ini adalah umum untuk jin dan manusia. Dalam ayat tersebut Allah swt memberitakan kepada mereka bahwa masing-masing mereka memiliki derajat sesuai dengan amalnya. Sebagai konsekuensinya, maka jin yang melakukan kebaikan juga memiliki derajat yang sesuai dengan amalnya, sebagaimana manusia.
Kesembilan, Firman Allah Swt,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.' (Fushshilat: 30)
Dan Firman Allah SWT,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak ada pula berduka cita. Mereka-mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (al-Ahqaaf: 13-14)
Ayat ini kami jadikan dalil, karena tiga alasan. Pertama, kata penghubung (alladziina) di dalam ayat tersebut bersifat umum. Kedua, disebutkannya pahala setelah hal-hal terpuji yang disebutkan sebelumnya. Dan ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyandang hal-hal tersebut berhak menerima pahala itu. Hal-hal terpuji tersebut adalah ikrar bahwa tiada tuhan selain Allah disertai dengan istiqamah. Ketetapan ini adalah umum karena keumuman sebab. Apabila masuk surga adalah konsekuensi dari kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan pengakuan akan rububiyah-Nya, disertai dengan konsisten terhadap segala perintah-Nya, maka barangsiapa yang melakukan hal ini, dia pun berhak atas balasan tersebut. Ketiga, Allah SWT berfirman,
"Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak ada pula berduka cita. Mereka-mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (al-Ahqaaf: 13-14)
Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih adalah penghuni surga. Dan, tentang siapa yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih telah disebutkan dalam firman Allah,
"Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka mereka tidak akan merasa takut dan merasa sedih." (al-Baqarah: 38)
Ayat ini meliputi dua golongan, dan ayat ini menujukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih, maka dia adalah penghuni surga.

Kesepuluh. Jika jin-jin yang kafir masuk neraka karena keadilan Allah, maka masuknya jin-jin yang mukmin ke surga karena kemuliaan dan kasih sayang Allah adalah lebih utama. Sebab, kasih sayang-Nya mendahului murka-Nya dan kebaikan lebih umum daripada keadilan.
Oleh karena itulah, tidak akan masuk neraka kecuali mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni neraka. Berbeda dengan surga, ia dapat dimasuki oleh mereka yang tidak pernah melakukan kebaikan sama sekali. Karena Allah SWT telah menciptakan golongan untuk surga yang akan menempatinya tanpa harus melakukan amal kebajikan. Di dalam surga juga Allah akan menaikkan derajat hamba-hamba-Nya tanpa ada usaha dari mereka, melainkan karena doa, shalat, sedekah dan perbuatan baik yang dihadiahkan orang lain kepada mereka.
Merupakan ketetapan Al-Qur'an serta kesepakatan umat, bahwa jin kafir akan masuk neraka karena keadilan Tuhan dan karena apa yang mereka perbuat. Sedangkan, jin-jin mukmin akan masuk surga karena kemuliaan Allah dan karena amal mereka.
Ada juga yang berpendapat bahwa jin-jin mukmin tersebut berada di dasar surga, di mana mereka dapat dilihat oleh penghuni surga lainnya tapi mereka sendiri tidak melihat penghuni surga lainnya. Menurut pendapat ini, kondisi mereka di surga ini kebalikan di dunia, di mana jin-jin tersebut dapat melihat anak-cucu Adam, sedangkan anak-cucu Adam tidak dapat melihat mereka.

Akan tetapi, hal seperti ini tidak dapat diketahui tanpa ada dalil yang tidak bisa dibantah. Dan jika dalil tersebut memang benar, maka itu wajib diikuti. Namun jika tidak ada dalil yang mendukungnya, maka pendapat ini sekedar disampaikan agar dapat diketahui, sedangkan kebenarannya tergantung pada dalil. Wallaahu a'alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menulis dan Bercerita

Pada dasarnya menulis adalah bercerita. Tidak jauh berbeda dengan berbicara. Hanya saja, diksi-diksi yang dikeluarkan itu tidak verbal. Tidak berkontak langsung dengan si pendengar. Karena itu ada kesemuan interaksi di dalam tulisan karena bercerita dengan cara menulis. Namun, karena menulis, suatu cerita jadi abadi. Selagi tulisan itu masih ada, masih bisa dibaca. Bercerita dengan menulis itu sebenarnya tidak buruk. ada orang-orang yang terbata-bata lidahnya ketika mengucap, lantas ia tutupi keterbataannya itu dengan menulis. Sehingga isi atau point yang ingin disampaikannya itu bisa digambarkan dengan jelas. Menulis itu tetap penting, bahkan dalam pengertian islam. Karena al-Qur’an bisa saja lenyap dari dunia ini, bila tidak ditulis. Hadits-hadits yang jumlahnya jutaan, selain dihafal juga ditulis oleh ulama-ulama. Mereka memahami, bahwa hafalan-hafalan yang berada di dalam fikirannya tentu harus diabadikan dalam bentuk tulisan, sehingga bisa digunakan bagi masyarakat awam...

Kisah Orang Terakhir yang Masuk Surga

Dari Hadist Shahih Muslim, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda tentang kisah ini. Rasulullah saw bersabda: Orang yang terakhir masuk surga adalah seseorang yang berjalan di atas shirat al-mustaqim sekali, sedang ia berada di atas jahannam (neraka). dia akan jatuh sekali, dan dia akan terbakar oleh neraka sekali. Kemudian, ia berhasil menyeberang dan diselamatkan dari jurang neraka, ia berkata, “Terpujilah Dia yang telah menyelamatkanku darimu (neraka). Allah Swt. telah memberiku sesuatu yang tak pernah diberikan kepada orang lain selain aku.” Jadi ia menganggap bahwa dirinya sebagai orang yang paling beruntung. Setelah ia melewati shirat al-mustaqim, Allah Swt. menumbuhkan sebuah pohon untuknya. Jadi, ia memohon kepada Allah Swt. agar mendekatkannya kepada pohon tersebut, sehingga ia bisa berada dalam naungannya, ia bisa minum dengan airnya. Lalu, Allah menempatkannya di bawah pohon tersebut. Kemudian, Allah Swt. menumbuhkan po...