Langsung ke konten utama

RADAR



Radar, masyarakat awam memahaminya sebagai sebuah sinyal untuk melacak suatu benda dari kejauhan. Banyak ditemui di film-film, contoh visualnya biasa dapat dilihat di kapal laut atau kapal selam. Juga di pesawat. Apalagi sekarang sudah ada pesawat mata-mata. Anti radar. Wah. Bingung, gimana cara buatnya?
Tapi, radar yang jadi judul di artikel ini bukan seperti contoh yang disebutkan di atas. Melainkan radar yang ada di manusia. Tidak pakai mesin besi pemancar sinyal, penangkap sinyal atau monitor untuk memantaunya. Radar ini lebih bersifat abstrak. Sesuatu yang ada di dalam “sini”. Bingung kan? Sama. Hehe.
Radar yang mesinnya abstrak ini jika dipanjangkan kalimatnya menjadi, “kontak batin”. Yaitu sebuah fenomena yang bisa jadi pernah dirasakan semua manusia. Biasanya itu terjalin karena ada ikatan sedarah. Seperti orang tua dengan anak atau sebaliknya, seseorang dengan saudaranya atau kerabatnya.
Jelasnya, si A akan merasakan apa yang dirasakan si B dalam waktu yang bersamaan. Meskipun si B tidak menceritakan apa yang dirasakannya kepada si A. Meskipun juga, jarak mereka terbentang jauh. Ini fenomena unik manusia. Yang sebetulnya semut pun punya. Tapi hewan kecil ini memancarkan radar dengan indra khususnya berupa antena di kepala. Nah manusia?
Antena itu ada. Tapi bukan seperti pesawat televisi yang menegak ke atas. Antena radar manusia itu adalah hati. Tidak berbentuk plus tidak diketahui seperti apa wujudnya. Radar akan memberi tahu perasaan tentang apa yang dirasakan itu kepada si empunya radar. Dan kerap kali, itu benar adanya.
Jika, kontak batin ini terjadi di antara kerabat sedarah atau senasab, sudah barang tentu bisa diasumsikan “relatif wajar”. Karena memang, di antara mereka ada suatu ikatan kuat, terjalin secara kodrati. Tapi, bagaimana jika itu terjadi pada si A yang tidak punya ikatan darah/kerabat dengan si B. Hemat penulis, hal ini tidak bisa di asumsikan “relatif wajar”.
Maka dalam kasus ini, ada sesuatu yang terjalin antara si A dan si B. Jalinan tersebut bisa jadi sama kuatnya dengan jalinan si A dan si B kepada kerabat familinya masing-masing. Apakah itu?
Penulis hanya bisa menyimpulkan, pertama, bahwa kontak batin tersebut terjadi karena ada ikatan kasih sayang satu sama lain. Kasih sayang yang bukan biasa saja, melainkan bertaut, terpatri dan terasa spesial. Kedua, jalinan doa. Bahwa ketika si A dan si B saling mendoakan, maka secara tidak langsung, batin keduanya sedang mengulurkan tali untuk disambut oleh satu sama lain. Sedangkan mendoakan membentuk rasa kasih sayang, tulus, ikhlas.
Bahwa terkadang, radar itu bisa salah, ini adalah hal yang lumrah. Akan luar biasa jika sebaliknya. Penulis kemudian bingung, terhadap radar yang kerap kali dirasakannya terhadap seseorang yang jauh di luar sana. Apa benar dia belahan jiwa saya? Berharap penuh, demikian. Doakan jodoh ya? Amiiiinnnn....


Komentar