Kenapa kita masih gemar di dalam kelam?
Semua ilusi adalah semu, semua yang berjisim adalah nyata. Berbaktilah semua
hamba yang tidak lekang dahinya akan sujud syukur, ketika memandang bahwa semua
hal yang terjadi bermuara dari Sang Pencipta.
Namun, bukan berarti kita hanya duduk dan menerima apa yang diberikannya.
Ada usaha yang harus di upayakan. Jangan sekedar. Lakukan sampai batas tenaga
dan akal. Sejauh mana tenaga kita habis dan Sejauh mana akal kita mampu memuat
berbagai persepsi dalam satu hari. Satu hari adalah umur yang berkah. Esok hari
mungking sudah tiada. Pencapaian hanyalah sebuah ilusi dan usaha adalah
kenyataan yang benar.
Apa yang kita capai terkadang tak kunjung sampai. Sementara yang tidak di
upayakan datang dengan sendirinya. Sehingga kita sering bertanya “Fenomena apa
ini,?”, “kenapa seperti ini?” dan sebagainya.
Maka ketika akal tidak bekerja atas fenomena yang kita alami itu, nyatalah
kita dalam kelam. Kebingungan. Tidak tau di mana kita sedang berdiri, ke mana
arah kita, dan benda apa yang sedang menghalang.
Maka bukalah mata hati kita. Yang bisa melihat tanpa bias cahaya. Akui
sesuatu yang abstrak seperti kita mengakui sesuatu yang konkrit. Sepadankan ia.
Maka jernihkan pikiran dan hati. Dengan banyak sujud dan doa-doa yang bermunajat.
Allah swt tidak memberikannya bukan karena ia murka. Ia Maha Penyayang.
Tiada dzat yang mampu menandingi kasih sayang-Nya. Sehingga apa yang
diberikan-Nya atas hasil capaian maupun tidak, adalah berkah dan rahmat-Nya. Meskipun
itu kesakitan.
Terkadang kita banyak mengeluh atas banyak doa yang seolah tidak diterima.
Padahal pada hakikatnya, itulah ujian kredibilitas iman kita. Sejauh apa kita
meyakini. Sejauh apa kita mengenal Allah sebagai Ilahi. Tidak usah risau dengan
doa-doa yang belum terkabulkan. Meskipun kita telah memunajatkannya dalam
banyak waktu.
Sungguh. Allah sangat rindu kepada doa-doa hamba yang ia sayangi. Ia senang
kepada keluhan, setiap kata-kata permintaan yang dimunajatkan kepada-Nya
sehingga doanya ditunda. Seolah, Allah ingin selalu mendengar pujian dan doa
tersebut hingga si hamba nadir dalam dzauq. Sementara hamba ingkar yang berdoa,
dikabulkan dengan segera karena Allah tidak senang mendengarkan doanya.
Oleh karena itu, patutlah bagi kita mengubah sudut pandang. Hilangkan buruk
sangka kita kepada-Nya. Atas apa yang kita doakan, Insya Allah, Allah akan
mengabulkannya. Dengan pemberian terbaik, jalan terbaik, hikmah terbaik yang
terkadang tidak dapat dijangkau oleh perasaan dan akal kita.
Allah Yang Maha Menguasai, kita adalah hamba-Nya yang hina dan lemah. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat kita lakukan melainkan atas kehendak dan kuasa-Nya.
Kita selalu meminta banyak kepada-Nya dan Allah hanya memberikan sedikit
perintah kepada kita. “Laksanakan perintahnya dan jauhi larangannya.” Lalu,
kenapa kita masih gemar di dalam kelam.?

Komentar
Posting Komentar