Lupa itu penyakit?
Banyangkan,
bagaimana jika kondisi ini menimpa kita. “saya sedang berburu dengan waktu
untuk mengikuti kelas kuliah. Tempatnya jauh dari rumah/kediaman saya. Suatu
ketika saya ingin berangkat, ibu saya menyuruh untuk mengisi bensin sepeda
motor terlebih dahulu, karena jika saya yang melakukan, itu akan lebih cepat
dan memudahkan mereka.
Seteleh
saya kembali dari pompa bensin, saya langsung mengangkat tas saya dan berangkat
kampus dengan jarak 6 jam perjalanan, dan kunci sepeda motor itu masih di saku
celana saya. Dan ketika setengah perjalanan, saya mulai sadar bahwa saya telah
lupa mengembalikan kunci tersebut kepada ibu saya.
Ironis.
Hal yang sederhana saja bisa terlupakan dengan mudah. Karena ke-lupa-an itu,
kita malah me-mudharatkan orang lain, dan setelahnya akan menyibukkan kita. Memang,
tidak semua hal dapat kita atur dengan sempurna. Pasti ada syadz yang menimpa.
Banyak
manusia yang kesal karena lupa dan ujung-ujungnya membentak diri di dalam
batin. Pantaskah kita membenci diri karena hal tersebut? Mungkinkah keburukan
akan menimpa kita bila ada lupa dalam diri kita? Bagaimana dengan sisi lain
dari lupa?
Kita
memahami, bahwa segala alur kehidupan kita telah ditetapkan oleh Allah swt.
sebagai contoh, pertemuan kita dengan seorang ulama yang sangat kita gemari
sehingga kita berbincang dan membahas sesuatu, padahal tidak ada jadwal yang
kita atur. Seperti bertemu di pasar, atau di mesjid dan sebagainya. apakah itu
adalah sebuah kebetulan? Secara kasat mata, memang kita dapat mempersepsikan
demikian. Padahal, jika kembali kepada islam, “tidak ada yang kebetulan dalam
setiap kejadian, semua telah disetiting dan di tetapkan oleh Allah swt.”
Perhatikan,
ada skenario yang tersembunyi di balik kejadian “lupa”. Memang beberapa kemudharatan
mulai terasa di benak kita. Kalang kabut dan pikiran yang kacau balau. Namun,
perasaan sukar adalah salah satu bentuk cobaan yang mesti ditempuh oleh si
pelupa. Ketertundaan terkadang adalah bentuk penyelamatan Allah swt terhadap
kita. Penyesalan karena lupa barangkali merupakan bentuk pemberian kesadaran
terhadap diri kita untuk terus mengintropeksi diri. Keadaan kalang kabut bisa
saja menjadi bentuk latihan kita untuk sabar dan jeli dalam berpikir dan
bertindak. Keberadaan lupa adalah peringatan dan penguatan untuk menempa diri
ke arah yang lebih baik lagi.

Komentar
Posting Komentar