Al-Quran, merupakan satu-satunya
teks yang dapat diyakini keabsahannya. Banyak pelaku yang terlibat sehingga
keontetikannya terjaga hingga sekarang. Hal ini juga merupakan kemukjizatan
Rasulullah Muhammad saw, bahwa al-Qur’an menjadi risalah yang universal dan
komprehensif dalam membimbing muslimin untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia
di berbagai dimensi alam.
Hal ini disadari sepenuhnya oleh
kaum muslim, bahwa al-Qur’an adalah kitab yang tiada syadz padanya.
Namun, dalam aplikasinya, kebanyakan dari kita tidak berhasrat untuk menggali
setiap pesan yang tertuang dalam al-Qur’an. Padahal, sudah banyak pihak-pihak ilmuan yang takjub
akan kebenaran al-Qur’an. Tidak sedikit juga yang hanya menjadikannya sebagai
landasan teori untuk menemukan berbagai rahasia alam tanpa mengimaninya.
Mengkritisi tubuh sendiri, bahwa
sebahagian muslim tidak berhasrat untuk menelaah al-Qur’an secara utuh. Tidak
sedikit dari kita yang memandang bahwa, al-Qur’an hanya sekedar bagian dari
rukun iman yang harus diimani, bacaan yang harus dibaca untuk memperoleh pahala,
media untuk melantunkannya dengan irama yang mengalun merdu dan sebagainya. Padahal
lebih dari itu, al-Qur’an adalah satu-satunya teks yang dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang, menyentuh segala aspek alam dan tidak terbatas.
Mengkaji tubuh sendiri, bahwa
moral individu muslim menjadi semakin rendah karena semakin jauh dari
al-Qur’an. Kita memang sudah pernah meng-khatam-nya atau mungkin beberapa kali,
namun sudah pernahkah kita mengkhatam tadabbur-nya. Merenungi berbagai
esensi dan i’jaz di dalamnya, merupakan hal yang lebih berharga dan bermanfaat
daripada membacanya saja tanpa proses tadabbur dan tadarrus.
Merenungi tubuh sendiri, bahwa
kita sudah sepatutnya bergerak untuk memahami secara langsung pesan-pesan yang
dituangkan dalam al-Qur’an. Minimal, kita mampu Mengaitkannya secara langsung
dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita. Berbagai macam tafsir telah
tersedia untuk kita pahami pemahaman yang lebih mendalam tentangnya. Bahwa, dengan
sering membacanya, men-tadabburkannya, keluasan dan kelapangan pikiran serta
jiwa akan terasa dalam setiap individu insan muslim dalam keseharian
kehidupannya.
Menilik tubuh sendiri, bahwa
hilangkan pemahaman bahwa menghafal al-Qur’an adalah ajaran suatu aliran. Semua
aliran dalam Islam menjadikan al-Qur’an sebagai sumber rujukan utama. Sering
timbul pemikiran di tubuh kaum muslim bahwa menghafal al-Qur’an dapat
menjadikan kita berdosa apabila kita lupa setiap ayat yang kita hafal. Padahal,
dogma ini yang malah menjauhkan kita dari kiblat serta imam dalam islam.
Sudah sepatutnya bagi kita untuk
memasukkan al-Quran ke dalam hati kita, agar ia selalu bercahaya. Tanamkan
hafalan al-Qur’an kepada anak-anak kita, sehingga kelak, ketika ia beranjak
dewasa, ia tidak lagi sulit untuk mengkaji ilmu asbabun nuzul, mencari
munasabahnya, bahkan mempelajari setiap tafsir ayat dari berbagai sudut
pandang.
Maka kita menjadi resah, ketika
al-Qur’an dijauhi. Kita menjadi khawatir bila mana itu sama dengan pola pikiran
kaum kristiani, yang mengimani agamanya melalui pemahaman pasturnya, dan enggan
untuk mengkaji kitab injilnya sendiri. Mereka tidak tau secara utuh apa yang
terdapat dalam kitabnya, melainkan pemahaman yang diberikan oleh pasturnya dan
bahkan banyak ajaran dan dakwah pastur yang tidak relevan dengan kitab injil
mereka.
Komentar
Posting Komentar