Langsung ke konten utama

Merenungi


Hasil gambar untuk merenung

Petuah orang tua sering kita dengar, janganlah menyakiti hati insan, karena itu sulit disembuhkan. Bila tubuh tergambar luka, tentulah ia dapat diobati. Namun, bila hati tersayat luka, ke mana obat hendak dicari. Jadilah intisari petuah itu sebagai rambu-rambu yang fundamental, dalam hidup kita sebagai manusia, yang hiruk pikuk dalam bertegur sapa.
Nyatalah manusia itu, nihil dari kesempurnaan. Tentulah ia ada silap dan salah. Adakala itu menjadi niat dan maksud, adakala pula benar-benar tak disengaja. Jika benar ia bermaksud menyakiti hati orang lain, tentulah itu perbuatan jahat. Karena silapnya itu adalah satu pilihan yang sadar. Dan jika ia tersilap dengan tiada sadar, apatah ia jadi perbuatan jahat?.
Maka jawaban dari itu, tetap jahatlah ia. Meski jahatnya itu karena tiada ia sadari. Karena itu, Allah beri potensi berfikir dan merenung. Allah beri pula waktu lapang dan sunyi. Di mana ketika waktu itu datang, hendaklah kita suka merenung. Apa yang telah kita lakukan?. Apakah hari ini ada menyakiti hati insan?, jika tak didapat jua perbuatan menyakiti, mari masuklah lebih dalam lagi dari renungan itu. Adakalanya, sebuah perbuatan baik yang kita maksudkan, belum tentu berdampak baik bagi insan disekitar kita.
Bermuhasabah setiap masa sunyi dan lapang, hendaklah jadi rujukan penting bagi kita. Dengan itu, jadilah kita insan yang lebih elok perangainya. Jadi tidak tersilap dengan kesalahan lama. Banyak merenung, membuat kita pandai. Pandai untuk menempatkan diri dan tak terulang dalam kejahatan lagi.
Terlalu banyak hal dapat kita renungi itu. Namun, terbatas jua akal kita untuk melihat semuanya itu dengan pasti. Namun, istiqamah dalam merenung itu yang Allah cintai. Dan dengan manfaatnya,  akan Allah akan rahmati. Lagi-lagi petuah orang tua memang selalu bijak. Lebih lah baik walau sedikit, daripada tidak sama sekali.

Komentar