Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Surat Cinta yang Tak Terserah

Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh Atas permintaan puan, meminta saya supaya berkenan menulis sepucuk surat cinta yang nantinya menjadi ubat untuk dikenang, maka berlakulah jari-jemari saya menulis beberapa madah, kata-kata asmara. Hendaknya menjadi pelipur lara bilamana sampai kesedihan itu merajai hati, menerbitkan pucuk-pucuk rindu baru, usai dipetik ia sebagai obat. Tertanda permintaan puan itu, di tanggal 7 agustus 2018. Sungguh tak pandai saya merangkai kata-kata. Tak seperti Zainuddin, sang pemuda dari Mengkasar. Namun saya paham akan dalam rasa cintanya kepada Hayati. Seperti kata para pendahulu, “tak lapuk karena hujan, tak lekang oleh panas”. Begitulah perasaan cinta saya kepada puan. Meskipun hebatnya perasaan saya yang membara itu, namun jua kelu lidah saya bila bersahut sapa dengan puan. Kata-kata itu tersendat begitu saja di pangkal marih saja. Mati rasa pita suara saya. Puan, sebenarnya saya tidak tau harus menyampaikan apa. Warna-warna di dalam hat...

Jeumeurang ("Yang Dilepas")

Gurat-gurat senyum, tergambar di wajah mereka Tidak sebenarnya, hanya tampias saja Sesuatu merundung Apatah! Melambai-melambai, ramai telapak tangan itu Berikut jari-jemarinya yang menjunjung Melepas kepergian “Selamat tinggal, ku lepas engkau dibawa angin dermaga” Sahut-sahut mereka begitu Hatinya pilu Bunyi mesin kapal menderu Seperti ikut dirundung Karena sebab ia Reruntuhan airmata ayah dan ibu bertebaran Para sanak saudara pula Dihempas pecah disibak pantai Nun jauh ke seberang daratan “Yang dilepas” akan mematuk rezeki Di tanah sendiri memang padi menguning Tapi mulut mereka dikunci Dilarang menyuap nasi ke mulut sendiri Di daratan ini Pendidikannya hanya mengaji Kitab-kitab bahkan sudah lusuh Tak terhitung berapa kali lembar-lembar itu dibolak-balik Tetapi dia pikir “Pendidikanku tak cukup hanya mengaji” Sebab di televisi, punya kedai kopi Sebuah pesawat antariksa dilepas ke ruang angkasa Robot-robot berg...

Dipagar Adat

Pernah ku bermain-main denganmu Berkejar-kejar di ruang halaman Pernah ku genggam tanganmu yang halus Sewaktu kita menyeberang titian Betapa bahagia rasa hatiku Bila teringat masa yang lalu Lalu terdengar ibumu memanggil dan menghimbau Kau kembali pulang Tapi, setelah dewasa Lain pula sikapnya Tiada boleh berjumpa Dipagar adat kita Bilakah gerangan masanya nanti Dapat kita berjumpa kembali Esok kah, setahun lagi Entah kan begini, selama-lamanya Sebuah nandung melayu mendayu di atas mimbar, Al-mukarram KH. Teungku Zulkarnain. Menit 10.27.

Menulis dan Bercerita

Pada dasarnya menulis adalah bercerita. Tidak jauh berbeda dengan berbicara. Hanya saja, diksi-diksi yang dikeluarkan itu tidak verbal. Tidak berkontak langsung dengan si pendengar. Karena itu ada kesemuan interaksi di dalam tulisan karena bercerita dengan cara menulis. Namun, karena menulis, suatu cerita jadi abadi. Selagi tulisan itu masih ada, masih bisa dibaca. Bercerita dengan menulis itu sebenarnya tidak buruk. ada orang-orang yang terbata-bata lidahnya ketika mengucap, lantas ia tutupi keterbataannya itu dengan menulis. Sehingga isi atau point yang ingin disampaikannya itu bisa digambarkan dengan jelas. Menulis itu tetap penting, bahkan dalam pengertian islam. Karena al-Qur’an bisa saja lenyap dari dunia ini, bila tidak ditulis. Hadits-hadits yang jumlahnya jutaan, selain dihafal juga ditulis oleh ulama-ulama. Mereka memahami, bahwa hafalan-hafalan yang berada di dalam fikirannya tentu harus diabadikan dalam bentuk tulisan, sehingga bisa digunakan bagi masyarakat awam...

Merenungi

Petuah orang tua sering kita dengar, janganlah menyakiti hati insan, karena itu sulit disembuhkan. Bila tubuh tergambar luka, tentulah ia dapat diobati. Namun, bila hati tersayat luka, ke mana obat hendak dicari. Jadilah intisari petuah itu sebagai rambu-rambu yang fundamental, dalam hidup kita sebagai manusia, yang hiruk pikuk dalam bertegur sapa. Nyatalah manusia itu, nihil dari kesempurnaan. Tentulah ia ada silap dan salah. Adakala itu menjadi niat dan maksud, adakala pula benar-benar tak disengaja. Jika benar ia bermaksud menyakiti hati orang lain, tentulah itu perbuatan jahat. Karena silapnya itu adalah satu pilihan yang sadar. Dan jika ia tersilap dengan tiada sadar, apatah ia jadi perbuatan jahat?. Maka jawaban dari itu, tetap jahatlah ia. Meski jahatnya itu karena tiada ia sadari. Karena itu, Allah beri potensi berfikir dan merenung. Allah beri pula waktu lapang dan sunyi. Di mana ketika waktu itu datang, hendaklah kita suka merenung. Apa yang telah kita lakukan?. Ap...